- Home »
Unknown
On Senin, 20 Januari 2014
Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 377
WIDE
AREA NETWORKS (WAN) iswa ide 1. Wide Area Network, meliputi Koneksi WAN, VLAN, VPN,
PPP, Frame Relay 2. Diagnosa permasalahan Wide Area network 3. Perbaikan
/ setting ulang Wide Area network
WAN
(Wide Area Network) merupakan sistem jaringan yang menghubungkan antar
Autonomous System (AS).Satu Autonomous System dapat terdiri atas satu jaringan
atau lebih. WAN mencakup daerah geografis yang luas, memungkinkan komunikasi
antara dua perangkat yang terpisah dengan jarak yang sangat jauh.
Untuk
menhubungkan beberapa autonomous system, selain diperlukan media fisik
tertentu, juga diperlukan teknologi WAN yang bekerja dengan melakukan
komunikasi dengan pengolahan frame.
Pada
implementasinya, teknologi WAN dapat bekerja pada lapisan datalink atau
gabungan antara lapisan fisik dan datalink. Pada lapisan datalink yang
dikerjakan merupakan proses sinkronisasi digital yang juga dilengkapi dengan
authentikasi.
Pada lapisan fisik,
sejumlah standarisasi pensinyalan yang didefinisikan pada type jalur tertentu
dengan kapasitas maksimal data yang dapat dimuatkan pada media telah disediakan
untuk membangun Wide Area Network (WAN).Tabel 9.1 menjelaskan standarisasi
media yang dapat digunakan untuk membangun Wide Area Network (WAN).
Pada implementasinya
macam-macam line type di produksi oleh banyak vendor, satu hal yang membatasi
dalam pembuatannya, setiap vendor harus mematuhi aturan standarisasi seperti
tercantum pada table 9.1
Tabel 9.1 Standarisasi media WAN dan
karakteristiknya
BAB 9
Tujuan:
Pembahasan ini bertujuan
agar s dapat :
1. Mengidentifikasi
infrastruktur W Area Network (WAN)
2. Melakukan Diagnosa permasalahan
pada Wide Area Network (WAN)
3. Siswa membuat konfigurasi dari
Administrasi Server sebagai pengisi Wide Area Network (
Pokok Bahasan
Dalam pembahasan ini meliputi: Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 378
Setelah jaringan terhubung dengan
menggunakan media fisik tertentu, maka selanjutnya untuk keperluan pertukaran
data diperlukan suatu proses yang mengatur pertukaran data melalui aplikasi
tertentu. Proses ini selanjutnya dikenal dengan Encapsulasi/Dekapsulasi (Encapsulation/Decapsulation).
Encapsulasi
adalah proses pemberian informasi (berupa header atauTrailer) data menjadi
paket data (PDU = Protocol Data Unit) sebelum dikirimkan ke layer selanjutnya,
proses ini terjadi pada proses pengiriman paket data menuju host tujuan.
Proses
dari Encapsulation terbagi kedalam lima proses, yaitu :
Tahap 1: Build the Data (PDU =
Data). Proses perubahan format aplikasi menjadi PDU yang disebut sebagai DATA,
yang dapat dikirimkan melalui media jaringan.
Tahap 2: Package the data for
end-to-end transport (PDU = Segments). Proses pengumpulan data yang akan dikirimkan
menjadi paket data yang disebut dengan SEGMENT.
Tahap 3: Add the network IP
address to the header (PDU=Packets). Pemberian informasi alamat logical (IP
Address) asal dan tujuan paket data.
Tahap 4: Add the data link layer
header and trailer (PDU=Frames). Pemberian informasi (Frame Header and Trailer)
paket data mengenai perangkat jaringan yang terhubung
langsung
(directly-connected).
Tahap 5: Convert to bits for
transmission (PDU=Bits). Proses konversi paket digital menjadi sinyal-sinyal
listrik agar paket data dapat dikirimkan melalui media.
Proses Enkapsulasi terjadi
dari Tahap 1 menuju/sampai tahap 5, sedangkan proses kebalikannya yang terjadi
pada host tujuan berupa tahap 5 menuju tahap 1 diatas dikenal dengan istilah
Dekapsulasi, yaitu terjadi proses pelepasan informasi (berupa header atau
trailer) paket data menjadi data.
Proses enkapsulasi terjadi
pada proses pengiriman paket data atau proses request pada handshake. Sedangkan
proses dekapsulasi terjadi pada proses penerimaan paket data (pada sisi tujuan)
atau pada handshake dikenal dengan istilah respon.
Tips :
Simulasi dari analogi teori
ini dapat dilihat pada aplikasi network capture dari software wireshark. Pada Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 379
software
ini dapat dilihat spesifikasi content pada setiap layer meliputi data, header
dan trailler-nya.
Gambar
9 - 1 PDU Pada OSI Model
WAN
dapat menghubungkan banyak LAN serta menyediakan akses ke komputer–komputer atau
server pada lokasi lain. Beberapa teknologi WAN antara lain adalah ISDN, DSL,
PPP, Frame Relay, T1, E1, T3, E3 dan SONET.
Penyedia
layanan jaringan WAN biasa menggunakan istilah-istilah jaringan berikut untuk
menggambarkan bagian utama dari jaringan WAN:
1.
Customer
Premises Equipment (CPE), yaitu peralatan yang dimiliki dan berada di lokasi
pelanggan.
2.
Data
Terminating Equipment (DTE), yaitu perangkat (dapat berupa perangkat tunggal
atau berupa sistem) yang berfungsi untuk mengakses jaringan publik yang berada
di lokasi pelanggan
3.
Local
Loop, yaitu jalur yang menghubungkan demarcation dengan lokasi switch yang
berada di lokasi Central Office terdekat.
4.
Data
Circuit Terminating Equipment (DCE), yaitu perangkat (dapat berupa perangkat
tunggal atau berupa sistem) yang berfungsi untuk membagi akses jaringan publik
kepada pelanggan.
5.
Central
Office, yaitu perangkat yang menghubungkan pelanggan ke jaringan switching
milik provider. Central Office juga biasa di sebut dengan istilah Point Of
Presents (POP).
Teknik Komputer dan Jaringan
Gambar
9 - 2 Komponen WAN
9.2. KONEKSI WIDE AREA
NETWORK
Dalam
membangun jaringan WAN, maka yang harus dibentuk pertama adalah membangun
koneksi antar terminal yang berfungsi sebagai komponen WAN. Koneksi tersebut
dibangun dengan memberikan pengaturan signaling, namun karena perangkat yang
dihubungkan terpisah dalam jarak geografis yang relatif jauh, maka diperlukan
suatu jaringan komunikasi data, yang selanjutnya dikenal dengan istilah
teknologi WAN.
Teknologi WAN terdiri dari
beberapa jenis koneksi, antara lain (Lihat gambar 9.2):
1.
Leased
Line (dedicated point –to-point)
2.
Circuit
Switched
3.
Packet
Switched
Sedangkan pada
implementasinya dapat digunakan konsep Point to Point Protocol (PPP), Frame
Relay dan Digital Subscriber Line (DSL).
Gambar
9 - 3 Teknologi WAN
.
Dedicated
Point to Point.
Merupakan link point to
point atau koneksi dedicated. Koneksi ini tidak memerlukan proses call setup
terlebih dahulu ketika hendak mengirimkan data antar DTE. Mekanisme pengiriman
pada koneksi leased line dilakukan secara synchronous serial. Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 381
Koneksi
ini dapat terjadi pada jaringan switching sederhana, jaringan yang dibangun
mempunyai banyak koneksi secara fisik, namun untuk operasi dalam satu waktu
hanya ada satu fungsi koneksi.Jalur untuk koneksi ini biasanya
di-multiplexing-kan, baik dengan menggunakan teknik Frequency Division
Multiplexing (FDM) maupun Time Division Multiplexing (TDM).Penerapan di
lapangan diimplementasikan dengan menggunakan konsep HDLC dan PPP.
Gambar
9 - 4 Dedicated Point-to-Point link
.
Circuit
Switching.
Pada teknik ini, sebelum
pengiriman data dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan proses pembentukan
koneksi dengan melakukan prosedur call setup.
PSTN dan ISDN merupakan
sistem yang menerapkan koneksi circuit switching ini.
Gambar
9 - 5 Circuit SwitchTeknik Komputer dan Jaringan Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 382
.
Packet
Switching.
Teknik ini adalah metode
WAN switching yang mengijinkan user untuk membagi bandwidth dengan pengguna
lain untuk menghemat biaya. Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi
Leased Line.Mekanisme pengiriman data di lakukan secara Synchrounous Serial.
Pada beberapa konsep,
teknik ini dikenal dengan konsep Store and Forward, dengan teknis
penyampaian data dari host pengirim ke host penerima akan dapat terjadi apabila
terjadi hubungan antara keduanya baik secara langsung sesuai dengan urutan hop
yang direncanakan dalam konsep routingnya, maupun secara tidak langsung dengan
mengirimkan data ke tujuan melalui router lain sebagai perantaranya, yang jelas
target penyampaian data pada host tujuan harus terjadi.
Gambar
9 - 6 Packet Switch
9.2 Protokol WAN
Infrastruktur
untuk teknologi WAN dapat beroperasi dengan adanya Protokol WAN. Teknologi WAN
akan dapat beroperasi disesuaikan dengan Protokol WAN yang cocok, perangkat
yang membentuknya, dan spesifikasi perangkat dari vendornya.
Saat
ini terdapat beberapa jenis protokol yang digunakan untuk menyediakan mekanisme
pengiriman data melalui jaringan WAN. Diantaranya adalah:
1.
Protokol
HDLC (High Level Datalink Control)
2.
PPP
(Point to Point Protocol)
3.
Protokol
X.25 Protocol dan LAPB (Link Access Procedure Balanced)
4.
Frame
Relay
5.
ISDN
Dalam fungsinya untuk
mendukung internetworking, maka pengamatan terhadap kinerjanya akan
berorientasi pada arsitektur komunikasi data baik OSI maupun TCP/IP. Hal ini
terjadi karena setiap perangkat yang dipergunakan untuk komunikasi
internetworking harus distandarisasi dibawah ISO melalui OSI, dan kinerjanya
harus dapat mengikuti proses enkapsulasi/ dekapsulasi baik yang dianalisa
melalui arsitektur OSI maupun TCP/IP.
Teknik Komputer dan
Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 383
9.2.1
Protokol HDLC (High Level Datalink Control)
HDLC
merupakan sebuah protokol yang bekerja pada lapisan datalink. Pertama kali
dibuat oleh ISO, merupakan sebuah protokol yang menetapkan metode enkapsulasi
data pada koneksi fisik kabel serial dengan data rate 9600 bps. .HDLC biasa
digunakan pada jenis koneksi leased line dan mekanisme autentikasi tidak harus
digunakan.
HDLC
merupakan enkapsulasi default dari sistem router Cisco.Akan tetapi HDLC yang
digunakan oleh router Cisco adalah HDLC yang dibuat sendiri oleh Cisco.Hal ini
dikarenakan HDLC yang dikeluarkan oleh ISO memiliki kelemahan, yaitu masih
bersifat single protocol.Sedangkan HDLC yang dibuat oleh Cisco memiliki
kemampuan multiprotocol.HDLC mampu mengenkapsulasi beberapa jenis data
yang menggunakan routed protocol (IP, IPX, dsb) atau protokol layer 3
dan pengirimannya dilakukan secara simultan.
HDLC
dapat diimplementasikan pada interface serial yang terdapat pada dedicated
router dari vendor Cisco, dengan menggunakan perintah:
Untuk
memeriksa apakah HDLC sudah terpasang pada interface serial, dapat digunakan
perintah show interface serial0, perhatikan bagian yang menerangkan
adanya HDLC Encapsulation.
9.2.2 PPP (Point to Point
Protocol)
PPP (Point to Point
Protocol) merupakan protokol data link layer yang dapat digunakan pada media
asynchrounous serial atau synchrounous serial. PPP pada dasarnya merupakan
pengembangan dari protokol SLIP (Serial Line Interface Protocol), yaitu sebuah
protokol standard point to point yang menggunakan protokol TCP/IP.
PPP
memiliki kemampuan untuk melakukan proses autentikasi dan bersifat multiprotocol,
sehingga menjadi solusi yang banyak digunakan untuk komunikasi WAN. Segmentasi
protokolnya dapat dilihat pada gambar 9.4
Router(config)
# int s0
Router(config‐if) #encapsulation hdlc
Gambar
9 - 7 Fungsi Kerja PPP dari model ReferensiTeknik Komputer
dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 384
Pada gambar 9.4 terlihat untuk
mendukung fungsi kerja PPP, maka terdapat dua lapisan yang terlibat, yaitu
Lapisan Datalink dan Network.
Lapisan
Physical bertugas untuk menyediakan media yang diperlukan untuk menghubungkan
antar router baik dengan menggunakan Media Synchronous maupun Asiynchronous.
Lapisan
Network bertugas memberikan layanan traffic menggunakan NCP (Network Control
Protocol) dan memberikan layanan traffic secara logika dengan menggunakan
protocol IP, IPX dan protocol layer 3 lainnya.
Lapisan
Datalink yang mempunyai peranan dominan, terkait dengan beberapa komponen PPP,
diantaranya :
1.
HDLC
merupakan sebuah metoda untuk melakukan enkapsulasi datagram melalui jalur
serial.
2.
LCP
(Link Control Protocol) merupakan sebuah metoda dari penetapan, pemeliharaan
dan pemutusan hubungan point to point.
3.
NCP
(Network Control Protocol) merupakan sebuah metoda dari pembentukan dan
pengkonfigura-sian protokol-protokol lapisan jaringan. PPP dirancang untuk
melakukan pengiriman secara simultan melalui beberapa protokol jaringan.
NCP digunakan untuk melakukan
komunikasi dari beberapa protokol jaringan yang dienkapsulasi oleh PPP.
Protokol
LCP memiliki beberapa kemampuan, diantaranya:
- Autentikasi. Untuk keamanan
hubungan, PPP menyediakan kemampuan autentikasi.
- Compression, digunakan untuk
meningkatkan kinerja proses pengiriman data. Stacker dan Predictor merupakan
dua jenis protokol yang mendukung PPP dalam proses kompresi data.
- Error Detection. PPP meng-gunakan
protokol Quality Magic untuk menjamin kehandalan data yang dikirim.
- Multilink, memecahkan data yang akan
dikirim, kemudian dikirimkan melalui dua atau lebih jalur secara paralel dan
sisi penerima melakukan proses penyusunan data.
Ketika koneksi hendak
dibentuk oleh PPP, biasanya ada tiga fase yang biasa dilakukan yaitu:
1. Fase Pembentukan Jalur.
Paket LCP dikirimkan oleh setiap device untuk mengkonfigurasi dan menguji
jalur.
2. Fase Autentikasi (jika
digunakan).
3. Fase Protokol lapisan
jaringan.PPP menggunakan NCP untuk mengijinkan beberapa protokol layer network
dienkapsulasi dan dikirimkan melalui sebuah PPP.
Ada dua metoda autentikasi
yang disediakan oleh PPP yaitu:
PAP
CHAP
1.
Password
Authentication Protocol (PAP)
Metode autentikasi ini kurang begitu
aman dibanding metoda CHAP. Password dikirimkan dalam bentuk clear text.
Teknik Komputer dan
Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 385
Dalam metoda PAP, salah
satu router (remote router) mengirimkan username dan password dalam bentuk
clear text ke router lainnya (akses server).Handshake untuk pembentukan link
PPP terjadi setelah hubungan router secara fisik terbangun, dilanjutkan dengan
penentuan enkapsulasi PPP, diakhiri sampai enkapsulasi PPP disetujui dengan
authetikasi yang telah ditentukan (PAP/CHAP). Proses ini diilustrasikan pada
gambar 9.5.
Gambar
9 - 8 Handshake Password Authentication Protocol (PAP)
Kemudian router akses
server akan mengautentikasi dan memutuskan apakah menerima hubungan tersebut
atau menolaknya tergantung pada informasi username dan password yang terdapat
di database lokal dengan username dan password yang diajukan oleh remote
router.
Gambar 9.5 memperlihatkan
implementasi penggunaan protokol PPP dengan menggunakan autentikasi PAP.
Implementasi
PPP dengan autentikasi PAP dapat dilakukan dengan cara menghubungkan kedua
router point to point-nya melalui jaringan PSTN/ISDN. Konfigurasi pada kedua
router dapat dilakukan dengan:
Router 1:
Router 2:
Router(config) # hostname ROUTER1
Router(config)# username ROUTER2
password DUA
Router(config) # interface
serial0
Router(config‐if) # encapsulation
ppp
Router(config‐if)# ppp
authentication pap
Router(config‐if) # ppp pap
sent‐username ROUTER1 password SATU Teknik Komputer dan Jaringan Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 386
Secara umum, konfigurasi PPP dengan
menggunakan autentikasi PAP dapat dilakukan dengan beberapa perintah, yakni:
1.
Menetapkan
nama remote user yang berhubungan dengan router lokal, dengan perintah:
1.
Pemasangan
jenis enkapsulasi PPP dengan perintah:
1.
Tentukan
jenis autentikasi PAP, dengan perintah:
1.
Kirimkan
nama user lokal dan password yang terdaftar di database router lain untuk
melakukan proses autentikasi, dengan perintah:
1.
Challenge
Authentication Protocol (CHAP)
Metoda autentikasi CHAP
lebih aman dibandingkan PAP.Sebelum data dikirimkan terlebih dahulu dienkripsi.
Gambar 9.6 memberi ilustrasi proses autentikasi dengan metode CHAP. Setelah
hubungan PPP ditetapkan, akses server mengirimkan sebuah sinyal Challenge ke
remote user.
Remote user merespon dengan
memberikan username dan password yang telah dienkripsi dengan menggunakan
metode MD5 (Message Digest 5).
Kemudian akses server
menerima respon dari remote user dan membandingkan hasil enkripsi remote user
dengan hasil enkripsi yang dimiliki akses server. Jika hasilnya sama, maka
autentikasi diterima dan hubungan bisa dibentuk.
Implementasi PPP dengan
autentikasi CHAP dapat dilakukan dengan cara menghubungkan kedua router point
to point-nya melalui jarinngan PSTN/ISDN.
Router(config) # hostname ROUTER2
Router(config) # username ROUTER1
password SATU
Router(config) # interface
serial0
Router(config‐if) # encapsulation
ppp
Router(config‐if) # ppp
authentication pap
Router(config‐if) # ppp pap
sent‐username ROUTER2 password DUA
Router(config) # hostname ROUTER1
Router(config) # username ROUTER2 password PASS
Router(config) # interface serial0
Router(config‐if) # encapsulation ppp
Router(config‐if) # ppp authentication chap
Teknik
Komputer dan Jaringan
Gambar
9 - 9 Handshake PPP dengan CHAP
Konfigurasi pada kedua
router
Router 1:
Router 2:
Secara umum, konfigurasi
PPP dengan menggunakan autentikasi CHAP dapat dilakukan dengan menggunakan
perintah-perintah berikut:
1.
Menetapkan
nama remote user yang dapat berhubungan dengan router lokal. Caranya dengan
menggunakan perintah:
1.
Pemasangan
jenis enkapsulasi PPP dengan menggunakan perintah:
1.
Menentukan
jenis autentikasi CHAP, dengan perintah:
1.
Pada
salah satu router, tentukan username dan password
.
uter(config)
# hostname ROUTER2
.
uter(config)
# username ROUTER1 password PASS
Router(config) # interface serial0
Router(config‐if) # encapsulation ppp
Router(config‐if) # ppp authentication chap
.
uter(config‐if)
# ppp chap hostname ROUTER2
.
uter(config‐if)
# ppp chap password PASS
Router(config-if)
# ppp authentication pap
Router(config-if)
# encapsulation ppp
Router(config) # username
<remote user> password <password koneksi>Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 388
koneksinya, dengan mengguna-kan cara
mengirimkan nama user lokal dan password yang terdaftar di database router lain
untuk melakukan proses autentikasi, dengan menggunakan perintah:
Router(config‐if) # ppp chap hostname local_router
Router(config‐if) # ppp chap password password_koneksi
Konfigurasi
PPP yang telah kita lakukan dapat diverifikasi dengan menggunakan
perintah-perintah berikut:
.
show
running-config,
menampilkan perintah-perintah yang kita gunakan untuk konfigurasi PPP.
.
show
interface serial, memastikan
apakah enkapsulasi PPP sudah terpasang pada interface serial. Perhatikan bagian
yang menyebutkan Encapsulation ppp.
9.2.3 Protokol X.25 dan
LAPB (Link Access Procedure Balanced)
Pendekatan
tradisional packet switching memungkinkan penggunaan X.25 yang tidak hanya
menentukan interface user dari jaringan WAN, akan tetapi juga mempengaruhi
desain internal jaringan, dengan beberapa pendekatan:
.
Packet-packet
control panggilan, yang diperlukan untuk mensetup dan membubarkan sirkuit
virtual, dibawa pada channel yang sama pada sirkuit virtual yang sama sebagai
paket data. Akibatnya, diperlukan pensinyalan inband.
.
Multiplexing
sirkuit virtual menempati layer 3 model komunikasi OSI.
.
Baik
layer 2 maupun layer 3 mencakup mekanisme kendali aliran dan koreksi kesalahan.
Gambar
9 - 10 Link X.25
X.25
merupakan sebuah protokol standar yang mendefinisikan hubungan antara sebuah
terminal dengan jaringan packet switching.X.25 didesain untuk dapat melakukan
pengiriman dan penerimaan data melalui jalur analog.Protokol X.25 beroperasi
pada layer network, sedangkan layer datalink dikelola oleh protokol LAPB (Link
Access Procedure Balanced) yang menyediakan kehandalan dan mekanisme sliding
windows.
DTE dan DCE pada X.25
mengidentifikasi tanggung jawab dari dua station yang terpasang pada jaringan
X.25.Protokol X.25 mengimplementasikan virtual circuit diantara X.25 DTE dan
X.25 DCE.X.25 DTE biasanya berupa router, sedangkan X.25 DCE biasanya bertindak
sebagai fungsi pembatas ke jaringan data publik dengan sebuah switch/concentrator.Jenis
virtual circuit yang disediakan oleh X.25 ada dua jenis yaitu SVC (Switched
Virtual Circuit) dan PVC (Permanent Virtual Circuit).Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 389
Router(config‐if) # x25 map protocol address x.121‐address
Router(config‐if)
# encapsulation x25 [ dce | dte ]
Bentuk
pengalamatan dari X.25 didefinisikan oleh ITU-T yang dikenal dengan
pengalamatan X.121, yang terdiri dari:
.
4
digit pertama menetapkan DNIC (Data Network Identification Code).
.
Maksimal
10 atau 11 digit menetapkan NTN (Network Terminal Number).
Implementasi
penggunaan protokol X.25 pada jaringan SVC Switched Virtual Circuit) di router
dapat dilakukan dengan cara:
Mendefinisikan
jenis enkapsulasi (default: DTE ):
1.
Menetapkan
alamat x.121:
1.
Memetakan
alamat network layer protocol (mis, IP, IPX) dengan alamat x.121
Implementasi
penggunaan protokol X.25 pada jaringan PVC (Permanent Virtual Circuit) di
router dapat dilakukan dengan cara:
1.
Mendefinisikan
jenis enkapsulasi (default: DTE ):
1.
Menetapkan
alamat x.121:
1.
Memetakan
alamat network layer protocol (mis, IP, IPX) dengan alamat x.121:
Konfigurasi X.25 yang telah
dilakukan dapat diverifikasi dengan menggunakan perintah-perintah:
.
show
running-config,
menampilkan perintah-perintah yang telah digunakan untuk mnenerapkan
konfigurasi X.25
.
show
interface-serial,
memastikan apakah enkapsulasi X.25 sudah terpasang pada interface serial.
9.2.4 Frame Relay
Jaringan Frame Relay
dirancang untuk dapat menampilkan kualitas koneksi yang lebih efektif
dibandingkan dengan X.25. Protokol Frame Relay mendefinisikan proses pengiriman
data melalui sebuah jaringan data publik, dengan sifat koneksi yang connection
oriented.
Overhead (header) yang
diberikan oleh encapsulasi Frame relay mempunyai kapasitas yang lebih kecil
dibanding dengan header dari encapsulasi X.25, hal ini akan menyebabkan
kualitas koneksi Frame relay dinilai lebih baik
Router(config‐if) # x25 address x.121‐address
Router(config‐if) # encapsulation x25 [dce | dte ]
Router(config‐if) # x25 address x.121‐address
Router(config‐if) # x25 pvc circuit_number protocol
addressx.121‐addressTeknik Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan 390
Frame Relay mempunyai kelemahan yaitu
berkurangnya kemampuan flow control dan error correction antar jalur router –
link frame relay, akan tetapi kemampuan ini tersedia pada lapisan diatasnya.
Frame
relay mempunyai kelebihan, yaitu dapat menyediakan proses komunikasi yang
ringan. Fungsi protokol yang diperlukan pada interface pemakai jaringan menjadi
berkurang saat terjadi proses encapsulasi frame relay, akibatnya delay lebih
rendah dan laju penyelesaian komunikasi yang lebih tinggi dapat terjadi.
Rekomendasi
ITU-T I.233 menunjukkan bahwa Frame Relay dapat digunakan pada akses dengan
kecepatan sampai 2Mbps.
Sama
halnya dengan X.25, Frame Relay memiliki kemampuan membentuk beberapa Virtual
Circuit melalui sebuah jalur pengiriman dengan memasangkan identitas koneksi ke
setiap pasang device DTE yang terhubung.Teknik pemberian identifikasi ini
dikenal dengan istilah DLCI (Datalink Connection Identifier).
Ketika
device switch pada service provider menerima frame dari DTE melalui LMI (Local
Management Inteface), maka switch akan menganalisis DLCI dan mengirim frame ke
port yang sebelumnya telah ditetapkan. LMI adalah signaling yang terpasang
antara CPE (DTE) dengan Switch Frame Relay, Identitas DLCI yang memetakan
pengenal koneksi tiap interface akan disimpan pada table yang dibentuk oleh
switch frame relay pada service provider. Nomor ini selanjutnya akan dipetakan
secara statis maupun dinamis dengan alamat network layer dengan menggunakan
protokol IARP (Inverse Address Resolution Protocol).
Berikut ini akan diuraikan
contoh konfigurasi frame relay pada beberapa perangkat router. Device dedicated
router yang diproduksi oleh vendor Cisco dapat mendukung tiga jenis LMI, yaitu:
.
Cisco
.
Ansi
.
Q933a
Konfigurasi Frame Relay
pada jaringan router Cisco dapat dilakukan dengan cara:
1.
Tentukan
interface yang akan dihubungkan dengan frame relay
2.
Berikan
konfigurasi alamat network layer (IP Address)
3.
Pilih
jenis enkapsulasi yang akan digunakan:
*) Catatan:
.
Enkapsulasi
Frame Relay Cisco merupakan nilai default. Dipilih, jika pasangan
komunikasinya menggunakan Router Cisco
.
Enkapsulasi
Frame Relay ietf dipilih jika pasangan komunikasinya router non-Cisco.
1.
Tentukan
jenis LMI yang digunakan:
1.
Menetapkan
nomor DLCI yang digunakan :
Router(config‐if) # encapsulation
frame relay [cisco | ietf]
Router(config‐if) # frame‐relay
lmi‐type [cisco | ansi | a933a] Teknik Komputer dan Jaringan Direktorat Pembin 391
1.
Konfigurasi
pemetaan alamat jika hendak menggunakan cara pemetaan statis, maka digunakan
perintah:
Sebagai ilustrasi
implementasi Frame Relay, diperlihatkan pada gambar 9.8.
Router(config‐if)
# frame‐relay interface‐dlci [number‐dlci]
Router(config‐if)
# frame‐relay map [ip address dlci
number broadcast]
(a)
aan
Sekolah Menengah Kejuruan
(b)
Gambar
9 - 11 Link Frame Relay
(a) Topologi
implementasi Frame Relay, (b) Konfigurasi DLCI Teknik Komputer dan
Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 392
R1(config‐if)# frame‐relay interface‐dlci
101
R1(config‐if)# frame‐relay interface‐dlci
102
R1(config‐if)#no shutdown
Gambar
9.8 (a) memperlihatkan topologi implementasi Frame Relay yang terdiri atas
empat buah router yang tergabung dalam satu awan frame relay.
Gambar
9.8 (b) menunjukkan konfigurasi DLCI untuk keperluan pengalamatan Frame Relay
pada setiap router.
Untuk
membangun topologi sesuai gambar 9.8, maka yang harus dilakukan pada setiap
router adalah :
1.
Konfigurasi
network pada interface yang digunakan untuk frame relay.
2.
Set
Clock rate, disesuaikan dengan media yang digunakan. Apabila digunakan serial,
clock rate dapat di set 4800.
3.
Set
encapsulation frame relay, untuk memfungsikan frame relay sebagai enkapsulasi
lapisan datalink nya.
4.
Set
DLCI Number untuk masing-masing jalur, disesuaikan dengan perencanaan.
Contoh untuk konfigurasi
pada R1, dapat digunakan sintaks seagai berikut :
Konfigurasi untuk Router 2,
3 dan 4 dapat disesuaikan dengan topologi, dan urutan sesuai konfigurasi router
1 diatas.
Konfigurasi Frame Relay
yang telah dilakukan dapat diverifikasi dengan menggunakan perintah:
-
Show frame-relay pvc, menampilkan statistic trafic data pada virtual
circuit. Responnya perhatikan statistik interface yang digunakan untuk frame
relay (DLCI, DLCI Usage, PVC Status dan jenis interface yang digunakan).
-
Show interface serial, memastikan enkapsulasi Frame relay sudah
terpasang atau belum. Responnya perhatikan baris yang menyatakan “Encapsulation
FRAME-RELAY”
- Show running-config,
menampilkan perintah-perintah yang telah digunakan untuk menerapkan konfigurasi
frame relay. Responnya perhatikan bagian yang menyebutkan:
encapsulation
frame-relay
frame
relay lmi-type [ ]
frame-relay
interface-dlci [ ]
.
Show
frame-relay map,
menampilkan pemetaan antara DLCI number dan alamat network layer. Responnya
perhatikan angka yang menunjukkan alamat DLCI dan alamat network layer / ip
address, dan metode penetapan nomor DLCI-nya (static/dynamic).
Jaringan
Frame Relay memiliki sifat NBMA (Non Broadcast Multi Access). Jaringan
frame relay yang menerapkan pemasangan beberapa PVC terhadap sebuah interface
di router akan menimbulkan masalah
Router(config)#hostname
R1
R1(config)#int s2/0
R1(config‐if)#ip address 10.20.30.1
255.255.255.0
R1(config‐if)#clock
rate 4800
R1(config‐if)#encapsulation
frame‐relay
R1(config‐if)# frame‐relay interface‐dlci
100 Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 393
dengan
aturan split horizon. Akan tetapi masalah tersebut dapat diatasi dengan
cara:
1.
Me-non-aktifkan aturan split horizon. Hanya saja jika cara ini
dilakukan, maka akan menimbulkan masalah baru yaitu terjadi routing loop jika
terjadi perubahan topologi.
2.
Membentuk sub interface. Sebuah interface dibentuk seolah-olah terdiri dari
beberapa interface secara logika (virtual), dalam beberapa implementasi dikenal
dengan istilah aliasing. Cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk
menangani masalah split horizon yang terjadi pada jaringan NBMA,
khususnya frame relay.
Langkah
untuk membentuk sub interface pada sebuah interface:
1.
Tentukan
interface yang akan dibentuk menjadi sub interface
2.
Hilangkan
network layer address yang ada, apabila telah memiliki alamat, maka frame tidak
akan diterima oleh subinterface.
1.
Konfigurasikan
enkapsulasi frame relay
1.
Pilih
sub interface yang akan dikonfigurasi:
Contoh konfigurasi untuk
implementasinya dapat di lihat pada kotak perintah disamping:
Dalam implementasinya,
jaringan Frame Relay dapat menggunakan topologi:
.
Star
.
Full
Mesh
.
Partial
Mesh
9.3 Virtual LAN (VLAN)
Virtual LAN (VLAN) adalah
sebuah konsep yang menggabungkan beberapa broadcast domain menjadi satu
collision domain. Penerapan
Router(config-if)
# no ip address
Router(config-if) # interface serial nomor-port.nomor-subinterface
Router(config) #
interface serial0
Router(config‐if) # no ip address
Router(config‐if) # encap frame‐relay
Router(config‐if) # int s0.2 point‐to‐point
Router(config‐subif) # ip address 192.168.100.1 255.255.255.0
Router(config‐subif) # frame‐relay interface‐dlci 100
Router(config‐if) # int s0.3 multipoint
Router(config‐subif) # ip address
192.168.200.1 255.255.255.0
Router(config‐subif) # frame‐relay interface‐dlci 200
Router(config‐subif) # frame‐relay interface‐dlci 300 Teknik Komputer dan Jaringan
konfigurasi Virtual LAN (VLAN) dapat
dilakukan pada Manageable Switch.
Port
diberikan identitas VLAN ID untuk komunikasi dengan port yang lainnya. Port
dengan VLAN ID yang sama dikatakan berada dalam satu broadcast domain.
Sebaliknya apabila antar port berbeda identitas VLAN ID-nya maka berbeda pula
broadcast domainnya (tidak dapat saling berkomunikasi), walaupun berada pada
fisik manageable switch yang sama dan host yang terhubung pada port tersebut
mempunyai identitas Network Address yang sama pula.
Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 394
Gambar
9 - 12 Implementasi VLAN Teknik Komputer dan Jaringan Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 395
Secara default, dari vendor semua port
pada manageable switch tergabung dalam satu VLAN ID, sehingga sebelum diberikan
konfigurasi VLAN ID untuk masing-masing port, maka masing-masing host yang
terhubung pada masing-masing port secara otomatis dapat berkomunikasi sampai
konfigurasi VLAN diberikan.
Gambar
9.9 memperlihatkan implementasi VLAN pada suau manageable switch yang dengannya
terhubung enam PC dari network yang sama, akan tetapi berbeda kelompok VLAN.
Sebelum
implementasi VLAN, semua PC dapat saling terkoneksi karena semuanya tergabung
dalam network 10.10.10.0/24, namun setelah implmentasi VLAN dengan tiga
kelompok VLAN (Vlan 10,20 dan 30), maka hanya PC yang sama VLAN ID nya saja
yang dapat saling berkomunikasi.
PC
1 yang terkoneksi ke port 1 hanya dapat berkomunikasi dengan PC 4 yang
terkoneksi ke port 4, karena keduanya sama-sama menggunakan VLAN ID 10.
PC
2 yang terkoneksi ke port 2 hanya dapat berkomunikasi dengan PC 5 yang
terkoneksi ke port 5, karena keduanya sama-sama menggunakan VLAN ID 20.
PC
3 yang terkoneksi ke port 3 hanya dapat berkomunikasi dengan PC 6 yang
terkoneksi ke port 6, karena keduanya sama-sama menggunakan VLAN ID 30.
Dengan
implementasi ini, terlihat bahwa VLAN dapat membatasi koneksi antar host yang
secara network (broadcast domain) terdapat dalam satu kelompok, namun berbeda
kelompok collision domain (VLAN Group).
9.4 Virtual Private
Networks (VPN)
Virtual
Private Networks (VPN) merupakan
solusi untuk membuat koneksi LAN melalui internetwork. Penerapan konfigurasinya
dilakukan pada router yang keduanya terhubung pada internetwork dengan
menggunakan protokol yang sama untuk keperluan VPN. Pada beberapa aplikasi
komunikasi, metoda ini dikenal dengan istilah Tunneling.
Untuk membuat link point to
point antar router yang melakukan koneksi dengan memanfaatkan Virtual
Private Networks (VPN) diperlukan satu alamat jaringan.
VPN berfungsi untuk
mengijinkan dua jaringan atau komputer untuk berkomunikasi satu sama lain
melalui suatu media yang relatif tidak menjamin/aman. Dalam banyak
implementasi, media yang menghubungkannya adalah internet.
Gambar 9.10 memperlihatkan
dua host (Server VPN dan Remote Klien VPN) terhubung ke Internet melalui
Gateway/ISP masing-masing. Karena keduanya terhubung ke internet, maka antara
keduanya dapat saling berkomunikasi, hanya saja untuk melakukan komunikasinya
harus ditempuh dengan melalui banyak lompatan/hop routing, dikarenakan melalui
banyak router dari masing-masing ISP,
Dengan implementasi VPN,
maka jumlah lompatan/hop routing dapat disederhanakan, dimana antara pasangan
VPN (Server dan klien) hanya terhubung dengan satu lompatan/hop routing saja,
selain itu Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 396
juga dengan implementasi VPN, data
yang di kirim-terima kan akan relatif lebih aman, dengan diterapkannya
encryption/key management didalamnya.
Gambar
9 - 13 Implementasi VPN
9.4.1
Protokol Tunneling VPN
Ada
beberapa protokol tunneling yang dapat digunakan pada VPN, diantaranya:
.
L2F
– Protokol Forwarding pada Layer 2. Bekerja pada link layer OSI model dan tidak
memiliki encryption. Selanjutnya peranan protokol ini digantikan oleh L2TP.
.
PPTP
- Point-to-Point Tunneling Protocol (RFC 2637) bekerja pada link layer,
tidak memiliki encryption /key management didalamnya.
.
L2TP
– Layer 2 Tunneling Protocol. (RFC 2661), menggabungkan L2F and PPTP dan
bekerja pada link layer, tidak memiliki encryption/key management didalamnya.
.
IPSec
- Internet protocol security, dikembangkan oleh IETF, diimplementasikan
pada layer 3. Merupakan kumpulan satuan keamanan berupa pengalamatan untuk
kemanan data, integrity, authentication, dan key management, dalam
penggunaan-nya untuk tunneling, tidak diterapkan key management.
.
Socks
– diterapkan pada application layer
9.4.2
Keamanan VPN
Dalam implementasi tunneling, VPN
memerlukan keamanan baik yang berupa authentification, confidentiality, data
integrity maupun Teknik Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan 397
key management, untuk mengaman-kan data
yang dikirimkan melintasi media transmisi publik. Proses pengamanannya
meliputi:
.
Authentication,
untuk menjamin data terkirim dari pengirim ke penerima yang dikehendaki.
.
Confidentiality,
mengamankan data dari penyadapan pihak ketiga.
.
Data
integrity, memastikan data tidak mengalami perubahan oleh pihak lain sebelum
tiba di tujuan.
.
Access
control, mengamankan data dari campur tangan pihak yang tidak diberikan hak
akses.
Dalam
penanganan user terkait dengan key management atau sistem autentikasinya maka
dapat diterapkan dua protokol key management, yaitu:
Radius
(Remote Authentication Dial-In User Service), menggunakan PPTP atau L2TP
Tunnelling.
ISAKMP/Oakley
.
9.4.3 Membangun VPN
Untuk membangun link VPN
berikut beberapa hal yang harus dilakukan :
1. Membuat topologi perencanaan VPN
Gambar
9.11 menunjukan Topologi awal sebelum implementasi VPN.
Gambar
9 - 14 Topologi Sebelum Implementasi VPN
.
Topologi
setelah implementasi VPN
Gambar
9 - 15 Topologi Sesudah Implementasi VPNTeknik Komputer
dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 398
# ifconfig gif0
gif0: flags=8051<UP,POINTOPOINT, RUNNING,MULTICAST> mtu 1280
tunnel inet 202.10.20.2 ‐‐>202.100.200.2
inet 192.168.100.1 ‐‐> 192.168.100.2 netmask 0xffffffff
#
ifconfig gif0
2. Membangun PC Router dengan
menggunakan sistem operasi jaringan tertentu (dalam implementasi ini akan
digunakan s\istem operasi Linux)
Mempersiapkan
PC untuk Router dengan memasang dua buah network interface card.
Instalasi
sistem operasi jaringan dilengkapi dengan fungsi IP Forwarding.
Instalasi/aktivasi
kernel untuk keperluan penambahan device virtual/VPN. (untuk linux dapat
diaktivasi device GIF).
Memberi
Konfigurasi Network (IP Address dan Routing) pada kedua network interface card
sesuai dengan networknya (Local dan Internet Gateway).
Router 1:
Router 2:
Mengkonfigurasi alamat tunneling
pada device GIF, dengan membuat virtual link.
Pada Router 1:
Pada Router 2:
Untuk melakukan verifikasi
terhadap konfigurasi yang telah diberikan, dapat di cek dengan menggunakan
perintah:
Konfigurasi tunneling berhasil
apabila respon nya:
# ifconfig eth0 192.168.100.2 netmask 255.255.255.0
# ifconfig eth1 202.10.20.2 netmask 255.255.255.240
# route add default gw 202.10.20.1
# ifconfig eth0 192.168.200.2 netmask
255.255.255.0
# ifconfig eth1 202.100.200.2 netmask 255.255.255.240
# route add default gw 202.100.200.1
# ifconfiggif0 create
# ifconfiggif0 tunnel 202.10.20.2 202.100.200.2
# ifconfiggif0 inet 192.168.100.1 192.168.100.2 netmask 0xffffffff
# ifconfiggif0 create
# ifconfiggif0 tunnel 202.100.200.2 202.10.20.2
# ifconfiggif0 inet 192.168.100.2 192.168.100.1 netmask 0xffffffff
Teknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 399
# route add –net 20.20.20.0/24 192.168.100.2
# route add –net 10.10.10.0/24 192.168.100.1
Selanjutnya
pada table routing terdapat opsi routing tambahan berupa penambahan routing
static ke remote network melalui interface Tunnel:
Untuk
melewatkan koneksi antar network, maka antar router tersebut harus ditambahkan
opsi routing dengan destination remote network melalui ip address tunneling pada
remote router.
Pada Router 1:
Pada Router 2:
1.
Pengujian
dapat dilakukan dengan menggunakan tools monitoring network (ping dan traceroute).
Dengan menggunakan tools ping, yakinkan koneksi antara kedua network
tersebut sudah terbangun. Dengan menggunakan traceroute, yakinkan hop
yang dilalui oleh paket data dari local network ke remote network hanya satu
hop, yaitu setelah melalui local router selanjutnya packet data langsung
disampaikan ke remote router melalui interface tunnel.
9.5 Membangun Koneksi.
Melakukan kinfogurasi
kepada suatu manageable switch atau dedicated router dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya:
1.
Melalui
koneksi hyper terminal (console), dilakukan dengan akses hyper terminal dari
program, setelah sebelumnya dibuat koneksi antara host (serial port) dengan
switch/router pada port console.
Gambar
9 - 16 Tampilan Awal Konfigurasi Hyper TerminalTeknik Komputer
dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 400
.
Isi
nama koneksi dan pilih salah satu icon koneksi untuk pembuatan shortcut.
.
Selanjutnya
tentukan port yang digunakan untuk koneksi dan bit rate.
.
Selanjutnya
apabila berhasil, maka hyper terminal akan menghantarkan kita ke terminal pada
remote terminal. Masukan user – password untuk aksesnya.
Untuk sistem tanpa password, maka
dapat diberikan eksekusi ”enter” sebagai pengantarnya.
Gambar
9 - 17 Tampilan Remote Terminal Melalui Hyper Terminal
1.
Web
Base, dengan memanfaatkan protokol http sebagai interface-nya, dilakukan dengan
terlebih dahulu menghubungkan host dengan remote host (manageable switch/
dedicated router) yang akan di konfigurasikan, baik dengan melalui network atau
secara langsung. Satu syarat yang harus di penuhi adalah alamat yang akan
ditempatkan pada address bar browser harus diketahui, dan meyakinkan koneksi
antar host tersebut.
2.
Remote
Terminal, bisa menggunakan Telnet, SSH, winbox, rlogin atau tools remote
terminal lainnya. Telnet atau SSH dapat dilakukan melalui software, salah
satunya adalah putty.
Te
Gambar
9 - 18 Software Putty untuk remote login
Gambar
9 - 19 Winbox Loader untuk Remote Terminal
Atau dapat pula digunakan software
winbox tampilannya seprti ditunjukan pada gambar 9.16.
Selain dari dua software
diatas masih banyak software remote terminal yang dapat digunakan untuk
melakukan pengkonfigurasian suatu host tertentu.
9.6 Diagnosa Permasalahan
WAN
Dalam
komunikasi jaringan komputer, khususnya Wide Area Network, perlu dilakukan
proses monitoring jaringan. Hal ini dimaksudkan agar seorang penanggung jawab
jaringan/ autonomous system (AS), biasanya seorang network administrator, dapat
melakukan pemantauan terhadap interkoneksi autonomous system yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dalam hal diagnosa
permasalah-an WAN, fokus yang harus diper-hatikan adalah analisa kinerja
jaringan (trafic) yang dapat dilakukan pada software dengan memanfaatkan
protokol SNMP dengan memperhati-kan dua parameter, yaitu parameter Layanan dan
parameter Efisiensi.
Disamping
itu hal yang harus diperhatikan adalah load balancingTeknik
Komputer dan Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 402
dengan memanfaatkan QoS (Quality of
Service).
Analisa
kinerja jaringan didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan hubungan
antara 3 konsep utama, yaitu sumber daya (resources), penundaan (delay) dan
daya-kerja (throughput).
Obyektif
analisa kinerja mencakup analisa sumber daya dan analisa daya kerja.Nilai
keduanya ini kemudian digabung untuk dapat menentukan kinerja yang masih dapat
ditangani oleh sistem.
Analisa
kinerja pada jaringan komputer membicarakan sifat dasar dan karakteristik
aliran data, yaitu efisiensi daya-kerja, penundaan dan parameter lainnya yang
diukur untuk dapat mengetahui bagaimana suatu pesan diproses di jaringan dan
dikirim lengkap sesuai fungsinya.
Analisa
Kinerja jaringan komputer dapat didefinisikan sebagai penelitian kuantitatif
yang terus menerus terhadap suatu jaringan komunikasi dalam urutan kerja yang
tetap berada dalam fungsinya (Terplan, 1987) agar hal-hal berikut dapat
terpenuhi, yaitu:
.
Dapat
menyempurnakan level layanan pemeliharaan.
.
Dapat
mengenali potensi kemacetan.
.
Dapat
mendukung pengendalian operasional jaringan, administrasi dan merencanakan
kapasitas.
Administrasi
jaringan membantu langkah analisa kinerja dalam usaha mengevaluasi kemampuan
layanan pada konfigurasi tertentu, selanjutnya akan mendefinisikan indikator
kinerja yang penting, merekomendasikan prosedur pelaporan kinerja dan
menentukan antarmuka manajemen basis data.
Kriteria
penting dari sudut pandang pemakai jaringan adalah keandalan, yaitu
kriteria pengukuran seberapa mudah suatu sistem terkena gangguan, terjadi
kegagalan atau beroperasi secara tidak benar.
Keandalan
adalah
ukuran statistik kualitas komponen dengan menggunakan strategfi pemeliharaan,
kuantitas redudansi, perluasan jaringan secara geometris dan kecenderungan
statis dalam merasakan sesuatu secara tidak lenagusng tentang bagaimana suatu
paket ditansmisikan oleh sistem tersebut.
Kinerja jaringan dapat
diukur berdasarkan kriteria Terplan (1987):
1. Kriteria level pemakai (user
level), yaitu waktu respon dan keandalan.
.
Waktu
respon yaitu waktu tanggapan saat paket dipancarkan dengan benar.
.
Keandalan
yaitu suatu keadaan yang dapat menentukan seberapa berfungsinya sistem pada
suatu tugas pengiriman paket.
2. Kriteria level jaringan (network
Level), yaitu waktu respon rata-rata. Penentuan waktu respon rata-rata
dilakukan dengan 2 langkah, yaitu:
.
Menentukan
rata-rata penundaan satu jalur paket melewati jaringan dan antar mukanya
sebagai suatu fungsi beban terhadap ukuran paket.
.
Menggunakan
informasi dengan penundaan dan pemakaian link untuk menghitung waktu respon
rata-rata pemakai.
Teknik Komputer dan
Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 403
3.
Kriteria kinerja khusus, yaitu daya kerja dan penundaan rata-rata.
9.7 Perbaikan/Setting Ulang
WAN
Perbaikan
terhadap kerusakan pada bagian jaringan harus secepatnya dilakukan,. Hal
termudah yang dilakukan adalah melakukan restore terhadap sistem
backup yang telah disimpan sebelumnya. Akan tetapi proses back up sistem
sering terlewatkan oleh pengelola jaringan komputer, sehingga ketika terjadi
gangguan pada jaringan maka perbaikannya menjadi sulit.
Satu
hal yang harus di perhatikan ketika dilakukan setting ulang adalah down time.Ketika
dilakukan perbaikan / setting ulang jaringan, user mendapat banyak kerugian
akibat terputusnya koneksi.
Seandainya
dengan sangat terpaksa harus ada proses mematikan koneksi, maka hal tersebut
harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Peranan
mesin/ perangkat back up sangat diperlukan untuk menanggulangi recovery apabila
terjadi kerusakan pada sistem sehingga mengharuskan dilakukan perbaikan/setting
ulang terhadap jaringan.
Perbaikan
terhadap satu atau beberapa komponen jaringan komputer dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu mengelompokan gejala kerusakan yang terjadi baik berdasarkan
lokasinya (melokalisasi masalah) dan dilanjutkan dengan mencari inti
permasalahannya, apakah masalah terjadi pada daerah media/fisik, konfigurasi
jaringan, sistem operasi atau atau apliksi jaringan yang diterapkan.
Setelah hal tersebut
dilakukan maka tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan objektif terhadap
masalah yang terjadi.Penanganan masalah harus dilakukan dengan tidak
menimbulkan masalah baru pada jaringan.
Seefektif
apapun tindakan perbaikan terhadap suatu masalah yang terjadi sudah tentu akan
berdampak pada kualitas koneksi jaringan, misalnya paling tidak jaringan akan
mengalami down time ketika perbaikan dilakukan.
Untuk menjaga reliabilitas
jaringan, maka yang seharusnya dilakukan oleh pengelola jaringan secara teknis
adalah melakukan perawatan terhadap kualitas koneksi jaringan, pemeliharaan
tidak menunggu sampai satu atau beberapa bagian dari jaringan komputer
mengalami masalah.
Perawatan yang dilakukan
sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1.
Adanya
prosedur yang baku pada jaringan komputer, baik yang terkait dengan topologi
dan perangkat jaringannya, maupun aturan terhadap pengelolaan jaringan
tersebut, meliputi aturan terhadap personal yang diberi wewenang terhadap
pengaturan jaringan secara teknis dan lingkup perubahan teknis jaringan
komputer yang dilakukan, setiap perubahan teknis/konfigurasi harus disetujui
oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap kinerja jaringan tersebut.
2.
Perawatan
dilakukan secara berkala yang meliputi semua hal yang terkait kinerja
Teknik Komputer dan
Jaringan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 404
jaringan, mulai dari kualitas
fisik/media jaringan, konfigurasi jaringan, reliabilitas sistem operasi yang
digunakan, sampai performance dari aplikasi yang digunakan untuk
memanfaatkan jaringan komputer tersebut.
3. Adanya data perawatan atau dikenal
dengan data Maintenance Repair (MR), hal ini berguna sebagai data / referensi
apabila di kemudian hari terdapat kebutuhan terhadap kondisi pada kurun waktu
tertentu.
9.8 Soal-Soal Latihan
Soal-soal latihan ini
diperuntukan bagi siswa yang telah selesai melakukan pemahaman Bab 9 mengenai
Wide Area Network (WAN).
Jawablah pertanyaan dibawah
ini dengan tepat.
1.
Apa
yang dimaksud dengan Wide Area Network (WAN)
2.
Jelaskan
komponen pembentuk Wide Area Network (WAN)
3.
Jelaskan
tiga jenis koneksi WAN
4.
Apa
yang dimaksud dengan Protokol WAN, berikan contohnya
5.
Jelaskan
dua metoda autentikasi yang disediakan oleh PPP.
6.
Jelaskan
keunggulan CHAP dibanding PAP pada implementasi koneksi PPP.
7.
Tuliskan
topologi fisik yang dapat dibentuk untuk mengimplementasikan jaringan Frame
Relay.
8.
Apa
yang dimaksud dengan Virtual LAN (VLAN).
9.
Apa
yang dimaksud dengan Virtual Private Network (VPN).
10.
Sebutkan
beberapa protokol tunneling yang dapat digunakan pada VPN.
11.
Tuliskan
prinsip yang digunakan dalam melakukan diagnosa permasalah pada WAN.
12.
Tuliskan
hal yang harus diperhatikan dalam upaya menjaga kehandalan kualitas koneksi
jaringan komputer.